Dari Cemooh Menuju Decak Kagum, Aksi Cepat Gubernur Yulius Selamatkan Aset Triliunan dan Jawab Tuntas Serangan Kredibilitas
- account_circle reputasi
- calendar_month Selasa, 14 Okt 2025
- visibility 9
- comment 0 komentar

Sulawesi Utara, Media.Reputasiplus.com
Sumpah di Tanah Leluhur: Yulius Selvanus dan Dharma Membangun “Tanah Mama” Sulawesi Utara
Manado, Sulawesi Utara Seberapa beratkah sebuah amanah? Apakah ia seberat jabatan yang tersemat di pundak, atau seberat kehormatan seorang prajurit yang dipertaruhkan di hadapan sumpah? Di Sulawesi Utara, kita tidak sedang menyaksikan pelantikan seorang gubernur semata.
Kita sedang menjadi saksi dari sebuah dharma sebuah tugas suci yang jika gagal, taruhannya bukanlah elektabilitas, melainkan harga diri seorang ksatria di hadapan pusara Ibunda Panglimanya.
Heninglah sejenak. Mari kita tanggalkan jubah politik dan selami kedalaman sebuah amanah. Mayor Jenderal TNI (Purn) Yulius Selvanus hadir bukan karena kebetulan. Kehadirannya adalah jawaban dari sebuah titah sunyi, sebuah permintaan personal dari seorang putra bangsa, Presiden Prabowo Subianto, yang darahnya mengalir dari rahim tanah ini.
Pahamilah, Sulawesi Utara bagi Sang Presiden bukanlah sekadar titik di peta nusantara. Ini adalah altar kehormatan keluarga. Di Langowan, di tanah Minahasa, denyut pertama seorang Dora Marie Sigar berdetak ibunda tercinta yang membentuk jiwa kepemimpinannya. Maka, perintah yang diemban Yulius Selvanus bukanlah instruksi birokrasi. Itu adalah bisikan seorang anak kepada ksatria kepercayaannya: “Jaga tanah tempat ari-ari Ibuku tertanam. Bangunlah kampung halaman di mana doa-doanya pertama kali dilantunkan. Jadikan ia semulia nama yang ia wariskan.”
Dan bagi seorang prajurit Komando, titah semacam ini adalah sumpah di ujung sangkur. Ini bukan lagi soal program kerja; ini soal harga diri. Ini adalah dharma yang harus dibayar lunas. Mungkinkah seorang prajurit mengkhianati perintah untuk melindungi marwah Ibunda Panglimanya? Tidak. Itu adalah aib yang lebih pedih dari kematian.
Menjawab Skeptisisme dengan Karya Nyata
Di tengah pusaran ekspektasi dan keraguan publik yang membandingkannya dengan pendahulunya, Gubernur Yulius Selvanus tidak memilih jalan retorika. Ia memulai pemerintahannya dengan langkah-langkah sunyi namun strategis, menyentuh titik-titik vital yang lama terlupakan, seolah membuktikan bahwa sumpahnya bukanlah isapan jempol. Fokusnya tajam: penataan dan pemanfaatan aset-aset tidur milik Pemerintah Provinsi yang nilainya triliunan rupiah.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Bertahun-tahun, masalah aset menjadi salah satu persoalan krusial yang membelit Pemprov Sulut, bahkan hingga menghadapi puluhan gugatan hukum. Bagi Yulius, menata aset bukan sekadar urusan administratif, melainkan fondasi untuk membangun kemandirian fiskal daerah dan menghentikan potensi kerugian negara. Ini adalah perang senyapnya di bidang tata kelola pemerintahan.
“Aset daerah adalah kekayaan rakyat Sulawesi Utara,” tegas Gubernur Selvanus dalam sebuah kesempatan. “Tidak lagi sekadar dicatat, aset harus menjadi instrumen strategis pembangunan.”
Sikapnya ini langsung diwujudkan di lapangan. Satu per satu, “monumen” yang terbengkalai ia datangi, mengubahnya dari simbol kelalaian menjadi kanvas harapan.
Lahan Eks Hotel Manado Beach (MBH): Pada April 2025, Yulius meninjau langsung lahan seluas 118 hektar ini. Dulu primadona, kini tak terurus. Ia tak hanya melihat, tapi langsung menginstruksikan evaluasi dan penegasan aturan main, siap membuka pintu bagi investor yang serius untuk membangkitkan kembali ikon pariwisata ini.
Bukit Kasih Kanonang: Agustus 2025 menjadi saksi kedatangan Gubernur di destinasi wisata rohani yang pamornya meredup. Terkesima oleh keindahannya, ia menyatakan komitmen kuat untuk membenahi total kawasan ini. “Bukit Kasih yang dulu redup, perlahan akan kembali bersinar,” ujarnya, menargetkan destinasi ini menjadi objek wisata kelas dunia yang menarik wisatawan mancanegara.
Fasilitas Kolam Renang KONI Sario: Mungkin yang paling menyentak publik adalah sidaknya pada Oktober 2025. Terungkap fakta miris: air kolam renang atlet ini tak pernah diganti sejak 1999. Tanpa menunggu lama, Yulius menjanjikan revitalisasi total yang akan dianggarkan pada APBD 2026. Sebuah langkah cepat yang menunjukkan keseriusannya membenahi infrastruktur olahraga dan pembinaan atlet daerah.
Gedung Kesenian Pingkan Matindas & Taman Budaya: Kondisi mengenaskan Gedung Pingkan Matindas yang ikonik, sebagaimana terekam media pada Mei 2025, adalah luka bagi para seniman dan budayawan. Meski belum ada renovasi fisik, fokus Gubernur pada penataan aset memberikan secercah harapan bahwa situs-situs budaya seperti ini, termasuk Taman Budaya Sulut, akan masuk dalam agenda revitalisasi berikutnya.
Aset-aset lain seperti Lahan Tampusu yang potensial untuk agrikultur dan peternakan serta Sumaro Endo Remboken sebagai destinasi wisata pemandian air panas, kini berada di bawah radar seorang pemimpin yang melihat aset bukan sebagai beban, melainkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang produktif.
Dari Keraguan Menuju Optimisme Kolektif
Wajar jika sebagian masyarakat masih menyimpan sangsi. Mereka telah terlalu lama menyaksikan potensi-potensi besar itu tertidur, bahkan lapuk dimakan zaman. Namun, di sinilah letak ujian sesungguhnya bagi kita semua sebagai warga Sulawesi Utara.
Apakah kita akan terus terperangkap dalam pesimisme, atau memilih untuk menjadi bagian dari fajar baru yang merekah?
Langkah-langkah awal Yulius Selvanus adalah undangan terbuka. Ia tidak sedang membangun pencitraan, melainkan sebuah warisan. Setiap aset yang ia hidupkan kembali adalah sebongkah bata untuk membangun “istana harapan” di “Tanah Mama”, tanah leluhur Panglimanya.
Saksikanlah, bagaimana seorang ksatria menunaikan sumpahnya bukan dengan kata-kata, tapi dengan karya nyata. Mari menjadi saksi, bagaimana keraguan itu perlahan runtuh, digantikan oleh jembatan-jembatan kemajuan dan monumen-monumen bakti yang akan berdiri kokoh untuk generasi mendatang di Bumi Nyiur Melambai.
- Penulis: reputasi