Breaking News
light_mode
Beranda » Citra » Pop-Up Booth dengan Sentuhan Multisensori, Cara Baru Brand Memenangkan Pasar

Pop-Up Booth dengan Sentuhan Multisensori, Cara Baru Brand Memenangkan Pasar

  • account_circle Redaktur Reputasi
  • calendar_month Senin, 11 Agt 2025
  • visibility 20
  • comment 0 komentar

Strategi pemasaran berbasis pengalaman kini menjadi senjata utama brand dalam memenangkan persaingan di pasar ritel dan event. Salah satu metode yang tengah menjadi sorotan adalah in-booth engagement dengan pendekatan multisensory immersive experience, yang mengoptimalkan stimulasi pancaindra pengunjung untuk membangun keterlibatan emosional dan mendorong keputusan pembelian. (IND)

 

 

Tren ini berkembang pesat pascapandemi COVID-19. Setelah dua tahun lebih berinteraksi secara digital, konsumen menunjukkan kerinduan terhadap aktivitas offline yang menghadirkan sensasi langsung, otentik, dan berkesan. Pop-up booth menjadi sarana strategis bagi brand untuk tidak hanya memamerkan produk, tetapi juga menciptakan pengalaman unik yang sulit dilupakan.

 

Siapa yang Mengadopsi Strategi Ini?

 

Penerapan multisensory immersive experience telah diadopsi oleh berbagai industri, mulai dari F&B (Food and Beverage), teknologi, otomotif, kecantikan, hingga fesyen. Perusahaan-perusahaan besar memanfaatkan konsep ini dalam pameran dagang, festival produk, maupun event promosi khusus. Tujuannya jelas: memperkuat citra merek, meningkatkan retensi memori konsumen, dan mengakselerasi penjualan.

 

Apa yang Dilakukan Brand di Booth?

 

Pendekatan ini menggabungkan unsur estetika, teknologi, dan interaksi fisik untuk merangsang seluruh pancaindra pengunjung:

 

Penglihatan (Sight)

Warna booth dipilih selaras dengan identitas merek untuk membangun konsistensi visual. Mood lighting digunakan untuk mengatur atmosfer, sedangkan teknologi seperti augmented reality (AR) dan Internet of Things (IoT) menghadirkan interaksi produk yang personal. Misalnya, pengunjung dapat memindai kode QR untuk melihat simulasi penggunaan produk sesuai preferensi mereka.

 

Penciuman (Smell)

Aroma menjadi faktor yang sering diabaikan namun memiliki dampak psikologis signifikan. Booth parfum dapat menyebarkan wewangian khas untuk menanamkan memori merek. Sementara itu, brand non-parfum dapat memilih aroma yang menciptakan rasa nyaman, seperti vanila atau kayu manis, guna memperpanjang durasi kunjungan.

 

Pendengaran (Sound)

Musik dengan tempo cepat mendorong keputusan belanja spontan, cocok untuk produk harga terjangkau. Sebaliknya, musik dengan tempo lambat memberi ruang bagi konsumen untuk mempertimbangkan pembelian produk premium. Pemilihan genre juga memengaruhi persepsi: jazz menenangkan, R&B menghangatkan, sedangkan pop membangkitkan keceriaan.

 

Peraba (Touch)

Produk yang dapat disentuh langsung menumbuhkan rasa memiliki (sense of ownership). Pada produk teknologi seperti smartphone, konsumen bisa merasakan tekstur premium seperti bodi aluminium yang ringan namun kokoh. Hal ini membentuk persepsi kualitas yang sulit ditiru melalui promosi digital.

 

Pengecap (Taste)

Untuk brand F&B, pembagian sampel makanan atau minuman menjadi metode efektif memperkenalkan rasa. Brand non-F&B pun dapat memanfaatkan strategi ini, misalnya dengan menyediakan snack bertema yang sesuai dengan narasi merek, sehingga memperkaya pengalaman pengunjung.

 

Di Mana Tren Ini Terlihat?

 

Konsep multisensory booth kini banyak ditemukan di pameran industri internasional, event lifestyle, mall activation, dan festival brand. Bahkan, sejumlah brand global mulai menerapkannya di toko fisik untuk memberikan alasan lebih bagi konsumen datang langsung, bukan hanya berbelanja secara daring.

 

Kapan Popularitasnya Meningkat?

 

Peningkatan signifikan terlihat sejak awal 2022, ketika pembatasan kegiatan sosial mulai dilonggarkan. Data dari Event Marketing Institute menunjukkan, minat konsumen terhadap event tatap muka naik hingga 76% dibandingkan masa sebelum pandemi, dengan mayoritas responden mengaku mencari pengalaman yang “bermakna dan berkesan”.

 

Mengapa Strategi Ini Efektif?

 

Secara psikologis, stimulasi multisensori memperkuat keterlibatan emosional dan meningkatkan brand recall. Konsumen yang terpapar pengalaman imersif lebih cenderung mengingat merek dan merasa terhubung dengannya. Hal ini berdampak pada loyalitas, rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth), dan konversi penjualan.

 

Bagaimana Implementasinya?

 

Brand perlu melakukan riset mendalam terkait perilaku audiens, menentukan pancaindra mana yang paling relevan, serta mengintegrasikan teknologi dan narasi merek secara konsisten. Penggunaan storytelling yang kuat—didukung visual, aroma, musik, rasa, dan sentuhan—dapat menjadikan kunjungan ke booth bukan sekadar melihat produk, melainkan merasakan kisah di balik merek tersebut.

  • Penulis: Redaktur Reputasi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less