Breaking News
light_mode
Beranda » Advertorial » Fenomena Pengibaran Bendera One Piece di Berbagai Daerah: Simbol Perlawanan atau Ekspresi Budaya Pop?

Fenomena Pengibaran Bendera One Piece di Berbagai Daerah: Simbol Perlawanan atau Ekspresi Budaya Pop?

  • account_circle redaktur reputasi
  • calendar_month Selasa, 5 Agt 2025
  • visibility 35
  • comment 0 komentar

Manado, Reputasiplus  — Dalam beberapa pekan terakhir, fenomena pengibaran bendera bertema One Piece, khususnya bendera bajak laut Straw Hat Pirates milik tokoh fiksi Monkey D. Luffy, menjadi perbincangan hangat di berbagai wilayah Indonesia. Bendera berwarna hitam dengan lambang tengkorak mengenakan topi jerami itu terlihat dikibarkan di atap rumah warga, tiang bambu, bahkan kendaraan pribadi.

Fenomena ini memicu beragam reaksi, dari sekadar rasa penasaran hingga kekhawatiran pihak berwenang akan potensi makna simbolik di baliknya. Namun, apa sebenarnya makna dari pengibaran bendera ini?

Asal Usul dan Makna Simbol

Bendera yang dikibarkan adalah replika dari bendera bajak laut Straw Hat Pirates, kelompok protagonis dalam serial anime dan manga Jepang One Piece karya Eiichiro Oda. Serial ini mengisahkan petualangan Luffy dan krunya dalam mencari harta karun legendaris “One Piece” demi menjadi Raja Bajak Laut.

Bagi para penggemar, bendera tersebut bukan sekadar lambang bajak laut, melainkan simbol semangat kebebasan, keberanian, kesetiaan, dan perlawanan terhadap penindasan — nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

Ekspresi Budaya Pop dan Identitas Kolektif

Menurut pengamat sekaligus pecinta karekter fiksi dari Jepang, Steven Sumampouw fenomena ini dapat dilihat sebagai bentuk ekspresi identitas kolektif generasi muda.

“Pengibaran bendera ini bukanlah bentuk anarki, tetapi lebih kepada pernyataan simbolik bahwa mereka merasa terhubung dengan semangat karakter fiksi yang melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebebasan,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa dalam era digital, simbol-simbol budaya populer seperti ini dengan cepat menjadi alat komunikasi visual yang kuat.

Namun, tidak semua pihak memahami konteks ini. Di beberapa daerah, aparat setempat sempat menurunkan bendera tersebut karena dianggap tidak sesuai atau bahkan disalahartikan sebagai simbol separatisme.

Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo, telah mengeluarkan pernyataan klarifikasi.

Trunoyudo mengatakan dalam menyambut kemerdekaan Indonesia alangkah baiknya diisi dengan kegiatan-kegitan yang positif. Dia juga meminta masyarakat untuk mengibarkan bendera merah putih. “Mari menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam merayakan pemerdekaan ke-80 tahun 2025. Kita Kibarkan bendera merah putih,” kata Trunoyudo, Selasa (5/8).

Fenomena serupa ternyata tak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara seperti Brasil, Filipina, dan Meksiko — yang juga memiliki basis penggemar One Piece besar — pengibaran bendera ini juga terjadi, terutama pasca penayangan episode-episode klimaks dalam serial animenya.

Fenomena pengibaran bendera One Piece menunjukkan bagaimana budaya populer dapat menjadi media ekspresi yang kuat, terutama di kalangan anak muda. Di tengah kondisi sosial yang kompleks, simbol-simbol seperti ini kadang menjadi pelampiasan rasa frustrasi, atau sebaliknya, penyemangat harapan.

Selama disampaikan secara damai dan tidak melanggar norma sosial maupun hukum, ekspresi seperti ini patut dihargai sebagai bagian dari dinamika masyarakat yang semakin terbuka terhadap ragam bentuk budaya.

  • Penulis: redaktur reputasi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less